Sayang sekali, nenek tua itu paruh renta menelangah 360 derajat menatap langit, dingin, gigil membumi. Sosok dara berendam garang pada dirinya. Ia kuat melawan takdir, mengusap peluh dari hari kehari, mencari akar mimpi dimana kelemahan diri. Binar-binar matanya mengutarakan lawan arus pergolakan nasib, menjadi seorang buruh kebersihan
Fajar mulai menyingsing, anak panah pada jam dinding, meregam angka empat. Empat pagi ketika ayam telah lelah menjadi alarm alam berdawai mentari. Bak seorang ratu ninja, mengusap-ngusap jalanan dengan sapu lidi tua. Melerai debu2 bekas hempasan mobil-mobil mewah para pejabat
Derap langkahnya mengusik malam menjadi pagi, harus bersih, harus cantik, harus indah untuk mata-mata yang sedang rabun pengguna pagi, siang dan malam nanti. Jeritan hati berkabut mimpi, menoreh penghargaan yang tak pernah diakui oleh banyak insani dimuka bumi.
Tak disangka, cadar hitam itu menyibak tirai hati penuh keikhlasan. Melempar senyuman untuk ribuan pengguna
Wahai
Aroelika Munar, 16 April 2008. (03:10 WIB).