-->

Bangsaku Yang Mengajariku Begini


Aku ingin lagi mereka berada di puncak-puncak paling tinggi
tertinggi membelai awan-awan sembari tersenyum menaburi mahligai singgasana seperti dahulu raja dan bangsawan

Entah... berapa lama negeriku berdarah! Bercucuran air mata, hati pun bernanah menganga sampai busuk jutaan tengkorak
Entah... berapa juta manusia negeriku hilang nyawanya! Jatuh derajatnya di kaki setan serdadu
Entah... berapa banyak sudah anak-anak negeriku, putus harapan dan masa depannya kerana ibu dan bapa hilang di bawa serigala!
Entah...
Entah...
Entah...
Entah berapa lama negeri ini harus hidup di dalam kabut pilu
Air mataku menderai mengikis jiwa-jiwa yang di tembak mati di bawah tiang tak berbendera Menangis, terisak-isak disamping ribuan kuburan tak bernisan

Tapi mengapa, aku harus menangis lagi! mengapa aku harus gila mengharap mukjizat dari langitku lagi

Tak cukupkah wahai engkau engkau yang bertopeng setan, mencampuri urusan negeriku?
Betapa piciknya peraturan-peraturan yang kau bawa dari negerimu; sama saja seperti kafir mengajarimu berabad abad dahulu. Dan kini kau bawa padaku
Dengan tujuan, dengan impian, menghabisi semua harta dan derajatku!

Aku tak pernah takut...
Aku tak kecut...
Bahkan aku tak pernah kalut..!!!
Akan ku hadapi racun racun taikmu bajingan

Kau pikir aku ini takut, apa kau pikir aku ini pengecut?
Bukan tuan. Bukan itu yang mendera di kepalaku saat ini.
Tapi bebanku, beban mereka yang pernah menjadi tumbal tumbal keparatmu yang bejat! Masih menghantui perjalananku
Aku berdarah. Berdarah jiwaku. Kerana niat busukmu pada bangsa ini

Sampai saat ini, sampai detik ini jua
Aku masih menjadi rimba kekosongan, tak ada kehidupan
Itu semua kerana serdadu-serdadu tengikmu. Yang pernah mencabik-cabik jantung hatiku!

Bukan aku tak suka Damai
Bukan pula aku menghianati perjanjian di Helsinki
Tapi bagiku, darah tetaplah dibayar dengan darah
Harta tetaplah dibayar dengan harta
Dan bukan ini ku sebut dendam
Tapi bangsaku yang mengajariku begini

Aroelika Munar
Bireuen – Aceh, 29 September 2011
LihatTutupKomentar