-->

Kesunyian Cinta

Tak ada purnama cinta yang kau tambatkan di atas cupak pualam yang merdu membius!

Yang kutahu rinai hujan yang basahi dedaun rindang, adalah seonggok cinta yang lucu.

Aku tak mengerti atas intisari suara perutmu yang bersembunyi dan bernyanyi!

Yang kutahu, soal prasasti luka duka itu terpacak di sudut taman cinta khatulistiwa.

Lelaki itu, yang dibelakangmu, sudah sering kulihat bersama gelapnya malam.

Terang cahaya yang memeluknya lebih cepat kalap, alangkah lucunya bukan?

Oase ketiga di tengah badai yang dahsyat, kuyakin akan hilang ditelan gurita fantasi.

Jangan main-main, kau disini!

Luka luka yang berduri di matamu, kan menguncup, menyatu jadi satu.

Apakah aku akan berdiam diri? Melihat matahari terbit di ufuk, mengurai rambut yang rontok merontoki kabut, membasuh kaki lembut yang lusuh bertekuk lutut, ataukah aku harus bersantai saja di atas bangku kekuasaanku yang surut? Kurasa tidak! Tidak! Aku bukan begitu.

Aku lebih senang menemuimu di batas kota cinta, yang bersungai rasa kasih sayang, dan berpelukan dalam ketenangan batin kita berdua. Tak banyak. Itu saja!

Oh, bungaku, aku hanya ingin kau selalu di sampingku...

Lhokseumawe, 12 Agustus 2018.
By Aroelika Munar

LihatTutupKomentar