-->

UNTUK KITA YANG TERSESAT

Kini ku bergelayut memimpikan langit biru
menatap harapan nan indah: tak kutahu entah dimana?
demi keadilan yang tumbang di bawah tapak-tapak kaki pendusta
Aku merintih
merayap
menyelinap diantara pepohon kemiki yang dikeremuni deduri
Aku telah lama di sini. Di antara rerimba tak bertuan
ini untuk siapa? Untuk apa aku mengikat diri di sini? jika bukan untuk kita yang tersesat.
Dulu, kita bersama-sama menghabiskan waktu untuk sebuah kedamaian
kita rasakan bersama asinnya garam hanya dengan sepiring nasi berjuta kenangan
di antara gerimis malam yang dingin menyiksa,
kita dendangkan syair prang sabi
di bawah bulan purnama yang kadang memesona
kita berselimutkan badan dengan sehelai kafan dan berbantal senjata
Itu untuk siapa? Untuk apa kita lakukan dulu bersama-sama.
Apa sekarang hanya dengan secuil anugerah dari Allah,
semua kepedihan itu menjadi sirna, setelah bibir dan lidah merasakannya!
tanpa ayat-ayat kedamaian pun kita tembangkan
dalam sekejap kita kembali buta: buta hati serta remuknya keteguhan jiwa!
padahal dulu, semua itu kita ukir bersama antara hidup dan mati.
Kini aku, tak ingin menyiksa diri lagi
tubuh ini terasa lelah bersama waktu dan harapan
ku tlah lemah melihat bebatuan nisan yang terus saja berjejeran
jiwaku senyap merasakan angin di setiap lembah kemunafikan
cukup sampai di sini perjuangan ini kupersembahkan
di atas sajadah kerinduan,
Kini kuserahkan padaMu: ya Ilahi Rabbi.

Aceh, 2015.
Aroelika Munar

LihatTutupKomentar